Monday, March 5, 2012

Dewi Kwan Im yg hidup

Di china, suatu desa kecil, hiduplah seorang ibu dan putranya yg durhaka, putranya ini sudah dewasa namun sayang kelakuannya amat buruk, ia suka main judi dan mabuk. Setiap malam kalau kalah judi maupu mabuk ia sering memukul ibunya tanpa alasan yg jelas. Namun karena rasa sayang ibu pada anak satu satunya, si ibu tidak pernah membalasnya.

Setiap pagi dan malam, si Ibu selalu berdoa kepada Kwan Im agar selalu melindungi anaknya dan memohon Dewi maha pengasih mengubah tabiat anaknya. Tapi setiap anaknya melihat ibunya berdoa kepada Sang Dewi, anak itu sangat marah, ia memaki ibunya penyembah berhala, tidak ada Dewi Kwan Im di dunia ini, semua cuma omong kosong, ibunya sangat sedih dan berkata kepada anaknya "kamu boleh menghujat ibu nak, boleh memukul ibu, namun kamu jangan menghina Dewi, karena dia bener2 ada, ia berdiam di gunung phu tuo shan, temuilah dia klo kamu tidak percaya..."

Ajaran welas asih Avalokitesvara bodhisattva (kwan Im po sat)


1. Jika orang bikin kita susah,anggaplah itu adalah tumpukan rejeki.

2. Mulai hari ini, belajarlah setiap hari menyenangkan hati org lain.

3. Jika kamu merasa pahit dalam hidupmu dengan suatu tujuan,itulah bahagia.

4. Lari dan berlarilah yang cepat untuk mengejar hari esok.

5. Setiap hari kamu harus merasa puas dengan apa yang kamu miliki saat ini.

FILSAFAT SUN GO KONG


Film Tong Sam Chong atau lbh Populer di sebut Film Sun Go Kong, yg banyak menarik semua kalangan termasuk umat agama lain pun menyukainya.

Dlm Film tsb yg menjadi Peran Penting: Tong Sam Chong sebagai Guru Bhikshu, bersama 3 muridnya yaitu: Sun Go Kong sebagai Kera Sakti, Cu Pat Kai berwajah (sebagai) babi, dan Mu Cing sebagai orang biasa serta Kuda Putihnya.

Rombongan Guru Tong Sam Chong, Sun Go Kong, Cu Pat Kai, dan Mu Cing, serta Kuda Putihnya, menuju ke Barat untuk mengambil buku Tipitaka (kitab Suci).

HUKUM SEBAB-MUSABAB YANG SALING BERGANTUNGAN



ARTI DARI GAMBAR PATICCASAMUPPADA

Saudara-saudari, pada kesempatan kali ini, kami ingin mengajak saudara-saudara dan para sahabat yang tercinta sekalian untuk membahas sebuah hukum yang menerangkan fenomena kehidupan. Hukum ini adalah hukum “PATICCASAMUPPADA”. Sebelum kita memasuki pembahasan pokok, marilah sebelumnya kita membahas arti dan makna dari gambar “paticcasamuppada” tersebut diatas.

Saudara-saudari, dan para sahabat yang tercinta, pada pusat gambar tersebut, terdapat lingkaran dengan tiga (3) ekor binatang, yaitu :
Seekor ayam ; melambangkan keserakahan,
Seekor ular ; melambangkan kebencian,
Seekor babi ; melambangkan kegelapan-batin.

‎12 mata rantai sebab-musabab


Menderita, apa sebabnya?
Bagi kalangan tertentu penderitaan itu disebabkan oleh “ nasib / takdir ”. Dari sisi Sang Guru kita diajarkan untuk melihat bahwa segala sesuatu itu ada sebab -musababnya bukan dengan tiba-tiba / kebetulan atau takdir. Semua sebab penderitaan dalam kehidupan ini karena kita dilahirkan. Kalau sudah lahir, suatu saat kita akan mengalami sakit , tua dan mati.

Mengapa ada kelahiran?
Karena ada dorongan yang menimbulkan kekuatan kelahiran yaitu dorongan perbuatan / karma.

Mengapa ada perbuatan?
Karena ada kemelekatan untuk melakukan hal-hal tersebut atau merealisasikan apa yang kita lekati.

215 Kata Perenungan



1. Sinar matahari sangat terang, budi orang tua sangat
besar, orang berbudi berlapang dada dan orang picik
sangat arogan.

2. Bertutur dengan kata yang baik, berpikirlah dengan
niat yang baik dan melakukan perbuatan baik.

3. Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri.

Jalan Hidup Seorang Bodhisatva

1. Kini karena aku telah memiliki hal yang sangat sukar untuk diperoleh yaitu kelahiran sebagai manusia dan tubuh manusia yang sangat berharga, ibarat perahu yang agung. Aku harus menyeberangkan diriku dan yang lain menyeberangi Samudera samsara (alam - alam penderitaan). Karena itu, sepanjang siang dan malam tanpa kemalasan * Mendengarkan, berintrospeksi, dan bermeditasi merupakan praktik seorang Bodhisatva.

2. Gairah karena perasaan duniawi terhadap sahabat bergejolak sepeti ombak. Kebencian terhadap musuh, membakar menyala - nyala seperti api. Kegelapan batin dan pikiran akibat ketidaktahuan membuat orang lupa, hal apa yang harus dilaksanakannya dan hal apa yan harus dihindarinya. * Menjauhkan suasana lingkuangan seperti itu, merupakan praktik seorang Bodhisatva.