Monday, April 2, 2012

PUNABBHAVA (Kelahiran Kembali)


Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada/eksis lagi atau kelahiran kembali atau tumimbal lahir. Punabbhava atau Kelahiran kembali atau tumimbal lahir merupakan suatu proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.

Pertanyaan Mendasar tentang Karma dan Kelahiran Kembali


Singapura, 10 Agustus, 1988 

Kutipan yang sudah diperbaiki dari Berzin, Alexander dan Chodron, Thubten. 
Glimpse of Reality. 
Singapura: Amitabha Buddhist Centre, 1999.

Pertanyaan: Apakah teori tentang karma didasarkan pada pengalaman dan bersifat ilmiah, atau itu diterima sebagai keyakinan?

Jawaban: Gagasan tentang karma masuk akal dalam banyak cara, tapi ada beberapa kesalahpahaman tentang karma. Sebagian orang berpikir bahwa karma berarti nasib atau takdir. Jika seseorang tertabrak mobil atau kehilangan banyak uang dalam usaha, mereka berkata, “Ya, kesialan, itu karma mereka.” Itu bukanlah gagasan Buddha tentang karma. Sesungguhnya, itu lebih merupakan gagasan tentang kehendak Tuhan―sesuatu yang tidak kita pahami atau kendalikan.

MEMBAYAR DAN MENAGIH HUTANG DIMASA LALU

Dahulu, di daerah Zhiangse, China, ada seorang pedagang yang bernama Zhu Sansi. Pada suatu hari, dia pergi ke sebuah vihara untuk bersembahyang. Dia bertemu dengan 2 orang bhiksu. Lalu dia duduk minum teh dan mengobrol dengan mereka. 

Salah satu bhiksu itu berkata kepadanya, “Saya berhutang 30 juta kepada anda, hari ini sudah seharusnya saya bayar.” Sedangkan bhiksu yang satu lagi berkata, “Engkau berhutang 30 juta kepada saya, seharusnya juga dibayar.”