Wednesday, April 25, 2012

Kisah Inspiratif Mengenai Reinkarnasi

Cerita ini dimulai pada jaman Dinasti Song Utara (960-1127 Sesudah Masehi). Karena seringnya kalah dalam perang dengan Kerajaan Liao, Dinasti Song Utara akhirnya menandatangani perjanjian damai Tanyuan dengan Liao. Di dalam perjanjian ini, Song Utara setuju untuk membayar upeti dalam jumlah besar kepada Liao setiap tahunnya. Akibatnya, Song Utara harus menarik pajak yang tinggi kepada rakyatnya, menyebabkan rakyat menjadi semakin miskin. Rakyat Song, terutama yang tinggal di perbatasan antara Song dan Liao, mengalami kesengsaraan yang amat sangat sepanjang tahunnya. Kerajaan Liao justru mencapai puncak kejayaannya pada periode ini.

Pada masa itu, saya bereinkarnasi menjadi seorang putri di Kerajaan Liao yang bernama Tianxing Putri Tianxing ini memiliki kepribadian yang galak dan mudah tersinggung. Seorang guru tua bela diri mengajari Putri Tianxing sejak ia masih kecil. Sebelum gurunya berpisah dengannya, ia memberikan sebuah pedang pusaka yang dapat membelah besi menjadi dua. Gurunya memberi tahu putri bahwa ia tidak pernah boleh membunuh seseorang yang tidak bersalah. Ketika gurunya meninggalkannya, ia baru berumur 20 tahun. Untuk mencarikannya seorang suami, ayahnya telah melewati banyak kesusahan. Ia mencari banyak kandidat supaya putrinya dapat memilih, tetapi putri Tianxing tidak mau menikahi salah satunya. Sang putri juga merasa murung jika membahas tentang rencana perkawinannya.

Tuesday, April 24, 2012

Dhammapada : BAB II. APPAMADA VAGGA - Kewaspadaan

1. (21) Kewaspadaan adalah jalan menuju kekekalan; kelengahan adalah jalan menuju kematian. Orang yang waspada tidak akan mati, Tetapi orang yang lengah seperti orang yang sudah mati.
Kisah »


2. (22) Setelah mengerti hal ini dengan jelas, orang bijaksana akan bergembira dalam kewaspadaan dan bergembira dalam praktek para ariya.
Kisah »


3. (23) Orang bijaksana yang tekun bersamadhi, hidup bersemangat dan selalu bersungguh-sungguh, pada akhirnya mencapai nibbana (kebebasan mutlak).
Kisah »


4. (24) Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma,dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.
Kisah »

Kisah Nigamavasitissa

Nigamavasitissa lahir dan dibesarkan di suatu kota dagang kecil dekat Savatthi. Setelah menjadi seorang bhikkhu, dia hidup dengan sederhana, dengan mempunyai hanya sedikit keinginan.

Untuk berpindapatta, beliau biasanya pergi ke desa tempat saudaranya tinggal dan mengambil apa yang disediakan untuknya. Nigamavasitissa selalu melewatkan kesempatan menerima banyak dana makanan lainnya. Meski ketika menerima banyak dana makanan lainnya. Meski ketika Anathapindika dan Raja Pasenadi dari Kosala memberikan dana makanan dalam jumlah besar kepada para bhikkhu, Nigamavasitissa tidak mau pergi ke sana.

Kisah Seorang Bhikkhu

Seorang bhikkhu, setelah memperoleh pelajaran meditasi dari Sang Buddha, pergi ke hutan untuk bermeditasi. Meskipun dia berlatih dengan sungguh-sungguh, dia hanya memperoleh kemajuan yang sangat kecil. Akibatnya, ia frustasi. Dengan berpikir akan memperoleh petunjuk dari Sang Buddha, dia meninggalkan hutan menuju Vihara Jetavana.

Dalam perjalanannya, dia melewati nyala api yang sangat besar. Dia berlari menuju puncak gunung, dan mencari darimana api tersebut datang. Melihat api yang membakar itu, ia termenung. Pikirnya, seperti api yang membakar habis semuanya, begitu juga pandangan terang akan membakar semua belenggu kehidupan, besar dan kecil.

Kisah Magha

Suatu waktu, seorang Pangeran Licchavi, bernama Mahali, datang untuk mendengarkan khotbah Dhamma yang disampaikan oleh Sang Buddha. Khotbah yang dibabarkan adalah Sakkapanha Suttanta. Sang Buddha menceritakan tentang Sakka yang selalu bersemangat. Mahali kemudian berpikir bahwa Sang Buddha pasti pernah berjumpa dengan Sakka secara langsung. Untuk meyakinkan hal tersebut, dia bertanya kepada Sang Buddha.

Sang Buddha menjawab, "Mahali, Aku mengenal Sakka, Aku juga mengetahui apa yang menyebabkan dia menjadi Sakka." Kemudian Beliau bercerita kepada Mahali, bahwa Sakka, raja para dewa, pada kehidupannya yang lampau adalah seorang pemuda yang bernama Magha, tinggal di desa Macala.

Kisah Dua Bhikkhu yang Bersahabat

Dua orang bhikkhu, setelah memperoleh suatu objek meditasi dari Sang Buddha, pergi ke vihara yang letaknya di dalam hutan.

Salah satu dari mereka lengah, dia menghabiskan waktunya untuk menghangatkan tubuh dengan api dan berbicara pada waktu-malam pertama, dan ini menghabiskan waktunya.

Bhikkhu yang lain dengan rajin mengerjakan tugasnya sebagai bhikkhu. Dia berjalan sambil bermeditasi selama waktu-malam pertama, beristirahat selama waktu-malam terakhir sepanjang malam. Kemudian, karena rajin dan selalu waspada, bhikkhu kedua ini mencapai tingkat kesucian arahat dalam waktu singkat.

Kisah Mahakassapa Thera

Suatu waktu ketika Mahakassapa Thera tinggal di gua Pipphali, beliau menghabiskan waktunya untuk mengembangkan kesadaran batin aloka kasina, dan mencoba untuk memperoleh kemampuan batin mata dewa, mengetahui siapa yang waspada, dan siapa yang lengah, juga siapa yang mati dan akan dilahirkan.

Sang Buddha, dari vihara, mengetahui melalui kemampuan batin mata dewa beliau, apa yang dikerjakan oleh Mahakassapa Thera, dan ingin mengingatkan bahwa apa yang dia lakukan hanyalah menghabiskan waktu. Maka Beliau menampakkan diri di depan thera tersebut dan berkata. "Anakku Kassapa, jumlah kelahiran dan kematian makhluk hidup tak terhitung dan tak dapat dihitung. Hal ini bukan tugasmu, hal ini adalah tugas para Buddha."

Kisah Perayaan Balanakkhatta

Suatu waktu perayaan Balanakkhatta dirayakan di Savatthi. Selama perayaan ini, beberapa pemuda melumuri tubuhnya dengan debu dan kotoran sapi, berkeliling kota sambil berteriak-teriak. Perbuatan mereka menyusahkan masyarakat. Mereka juga berhenti di setiap pintu dan tidak akan pergi sebelum diberi uang.

Waktu itu, beberapa murid Sang Buddha yang hidup berumah tangga berdiam di Savatti. Melihat kejadian tersebut, mereka mengirimkan utusan untuk menghadap Sang Buddha, meminta Beliau untuk tetap tinggal di vihara dan tidak ke kota selama tujuh hari. Mereka mengirimkan makanan ke vihara, dan mereka sendiri tinggal di dalam rumah.

Kisah Culapanthaka

Bendahara Kerajaan di Rajagaha, mempunyai dua orang cucu laki-laki bernama Mahapanthaka dan Culapanthaka. Mahapanthaka, yang tertua, selalu menemani kakeknya mendengarkan khotbah Dhamma. Kemudian Mahapanthaka bergabung menjadi murid Sang Buddha.

Culapanthaka mengikuti jejak kakaknya menjadi bhikkhu pula. Tetapi, karena pada kehidupannya yang lampau, pada masa keberadaan Buddha Kassapa, Culapanthaka telah menggoda seorang bhikkhu yang sangat bodoh, maka dia dilahirkan sebagai orang dungu pada kehidupannya saat ini. Dia tidak mampu mengingat, meskipun hanya satu syair dalam empat bulan. Mahapanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan mengatakan bahwa adiknya tidak berguna.

Kisah Kumbhaghosaka, Seorang Bankir

Suatu ketika, ada suatu wabah penyakit menular menyerang kota Rajagaha. Di rumah bendahara kerajaan, para pelayan banyak yang meninggal akibat wabah tersebut. Bendahara dan istrinya juga terkena wabah tersebut. Ketika mereka berdua merasa akan mendekati ajal, mereka memerintahkan anaknya Kumbhaghosaka untuk pergi meninggalkan mereka, pergi dari rumah, dan kembali lagi pada waktu yang lama, agar tidak ketularan. Mereka juga mengatakan kepada Kumbhaghosaka, bahwa mereka telah mengubur harta sebesar 40 crore. Kumbhaghosaka pergi meninggalkan kota, dan tinggal di hutan selama 12 tahun, dan kemudian kembali lagi ke kota asalnya.

Kisah Samavati

Kerajaan Kosambi waktu itu diperintah oleh Raja Udena dengan permaisurinya Ratu Samavati.

Ratu Samavati mempunyai 500 orang pengiring yang tinggal bersamanya di istana. Ia juga mempunyai pelayan kepercayaan, Khujjuttara, yang setiap harinya bertugas untuk membeli bunga.

Suatu hari terlihat Khujjuttara sedang menanti tukang bunga langganannya, Sumana. Tetapi yang dinantinya tak kunjung datang, sedang hari semakin siang. Bergegas ia ke rumah Sumana dengan maksud untuk membelinya di sana. Setibanya di sana, Sumana kelihatannya sedang repot menjamu tamu-tamunya, yaitu para bhikkhu. Dengan menggerutu terpaksa Khujjuttara menunggu sampai perjamuan itu selesai.

Friday, April 20, 2012

JANJI LUHUR PEMUDA MISKIN

Sekitar 5 abad yang lalu di negara china propinsi Hok Kian kabupaten Liong Na terdapat sebuah dusun yang bernama dusun tanah putih ( Pai Thu ), dimana seorang pemuda miskin bernama Cong Chen bertempat tinggal.

Cong Chen dilahirkan penjual sayur yang hidup sederhana di dusun Pai Thu .Karena miskin, Cong Chen tidak dapat sekolah dan ia hanya belajar dirumah dengan ayahnya sebagai gurunya.

Friday, April 13, 2012

Kisah Dua Orang Sahabat

Suatu ketika, terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat akhli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group dari para bhikkhu tersebut.

Bhikkhu lainnya berusaha keras, tekun, dan sangat rajin dalam meditasi, sehingga ia mencapai tingkat kesucian arahat dengan memiliki pandangan terang analitis.

Kisah Sumanadevi

Dekat Savatthi, di rumah Anathapindika dan rumah Visakha, dua ribu bhikkhu memperoleh pelayanan makanan setiap hari.

Di rumah Visakha, dana makanan diatur pemberiannya oleh cucu perempuannya. Di rumah Anathapindika, pengaturan dana makanan dilakukan, pertama oleh anak perempuan Anathapindika tertua, kemudian oleh anak perempuan kedua, dan akhirnya oleh Sumanadevi, anak perempuan yang termuda. Kedua saudara perempuannya yang lebih tua mencapai tingkat kesucian sotapati dengan mendengarkan Dhamma, setelah melayani dana makan para bhikkhu. Sumanadevi melakukan lebih baik dan mencapai tingkat kesucian sakadagami.

Kisah Upasaka Dhammika

Di Savatthi ada seseorang yang bernama Dhammika. Ia seorang umat yang berbudi luhur dan sangat gemar memberikan dana. Selain sering memberikan dana makanan serta kebutuhan lain kepada para bhikkhu secara tetap, juga sering berdana pada waktu-waktu istimewa. Pada kenyataannya, ia merupakan pemimpin dari lima ratus umat Buddha yang berbudi luhur, dan tinggal di dekat Savatthi.

Dhammika mempunyai tujuh orang putra, dan tujuh orang putri. Sama seperti ayahnya, mereka semuanya berbudi luhur dan tekun berdana. Ketika Dhammika jatuh sakit, dan berbaring di tempat tidurnya, ia membuat permohonan kepada Sangha, untuk datang kepadanya, untuk membacakan paritta-paritta suci di samping pembaringannya.

Kisah Cundasukarika

Pada suatu dusun, tidak jauh dari Vihara Veluvana, hidup seorang penjagal babi yang sangat kejam dan keras hati, bernama Cunda. Ia adalah penjagal babi yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun; selama hidupnya, dia belum pernah melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat. Sebelum dia meninggal, dia sakit parah dan mengalami penderitaan yang berat. Dia mendengkur, berteriak-teriak, dan terus menggerakkan tangan dan lututnya untuk merangkak seperti babi selama tujuh hari. Sebelum meninggal dunia, dia mengalami penderitaan seperti kalau dia berada di neraka (niraya). Pada hari ketujuh, penjagal babi itu meninggal dunia, dan dilahirkan kembali di Neraka Avici (Avici Niraya).

Kisah Nanda Thera

Suatu ketika Sang Buddha menetap di Vihara Veluvana, Rajagaha. Waktu itu ayah-Nya, Raja Suddhodana, berulangkali mengirim utusan kepada Sang Buddha, meminta beliau mengunjungi kota Kapilavatthu. Memenuhi permintaan ayahnya, Sang Buddha mengadakan perjalanan dengan diikuti oleh sejumlah besar arahat.

Saat tiba di Kapilavatthu, Sang Buddha bercerita tentang Vessantara Jataka di hadapan pertemuan saudara-saudaranya. Pada hari kedua, Sang Buddha memasuki kota, dengan mengucapkan syair berawal "Uttitthe Nappamajjeyya..." (artinya seseorang harus sadar dan tidak seharusnya menjadi tidak waspada...). Beliau menyebabkan ayah-Nya mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Kisah Sariputta Thera

Upatissa dan Kolita adalah dua orang pemuda dari dusun Upatissa dan dusun Kolita, dua dusun di dekat Rajagaha. Ketika melihat suatu pertunjukkan, mereka menyadari ketanpa-intian dari segala sesuatu. Lama mereka berdua mendiskusikan hal itu, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Akhirnya mereka bersama-sama memutuskan untuk mencari jalan keluarnya. 

Pertama-tama, mereka berguru kepada Sanjaya, petapa pengembara di Rajagaha. Tetapi mereka merasa tidak puas dengan apa yang ia ajarkan. Karena itu, mereka pergi mengembara ke seluruh daerah Jambudipa untuk mencari guru lain yang dapat memuaskan mereka.

Kisah Devadatta

Suatu ketika kedua murid utama Sang Buddha; Yang Ariya Sariputta dan Yang Ariya Maha Moggallana, pergi dari Savatthi menuju Rajagaha. Di sana, orang-orang Rajagaha mengundang mereka, bersama seribu pengikut mereka, untuk menerima makan pagi.

Pada kesempatan itu seseorang menyerahkan selembar kain, seharga seratus ribu, kepada penyelenggara upacara untuk didanakan. Dia mengharapkan mereka mengatur dan menggunakan pemberiannya untuk upacara itu. Kalau masih terdapat kelebihan, diberikan kepada siapa saja dari para bhikkhu yang dianggap layak. Hal itu juga terjadi jika tidak terdapat kekurangan, maka kain tersebut akan diberikan pada salah satu dari para thera. Karena kedua murid utama mengunjungi Rajagaha, hanya pada saat-saat tertentu, maka kain itu akan diberikan pada Devadatta, yang tinggal menetap di Rajagaha.

Kisah Mahakala Thera

Mahakala dan Culakala adalah dua saudagar bersaudara dari kota Setabya. Suatu ketika dalam perjalanan membawa barang-barang dagangannya, mereka berkesempatan untuk mendengarkan khotbah Dhamma yang diberikan oleh Sang Buddha. Setelah mendengarkan khotbah tersebut, Mahakala memohon kepada Sang Buddha untuk diterima sebagai salah satu anggota pasamuan bhikkhu. Culakala juga ikut bergabung dalam anggota Sangha, tetapi dengan tujuan berkenalan dengan para bhikkhu dan menjaga saudaranya. 

Kisah Pertengkaran di Kosambi

Suatu waktu, bhikkhu-bhikkhu Kosambi terbentuk menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu pengikut guru akhli vinaya, sedang kelompok lain pengikut guru akhli Dhamma. Mereka sering berselisih paham sehingga menyebabkan pertengkaran. Mereka juga tak pernah mengacuhkan nasehat Sang Buddha. Berkali-kali Sang Buddha menasehati mereka, tetapi tak pernah berhasil, walaupun Sang Buddha juga mengetahui bahwa pada akhirnya mereka akan menyadari kesalahannya. 

Kisah Kalayakkhini

Ada seorang laki-laki perumah tangga mempunyai istri yang 
mandul. Karena merasa mandul dan takut diceraikan oleh suaminya, ia menganjurkan suaminya untuk menikah lagi dengan wanita lain yang dipilih olehnya sendiri. Suaminya menyetujui dan tak berapa lama kemudian isteri muda itu mengandung.

Ketika isteri mandul itu mengetahui bahwa istri muda hamil, ia menjadi tidak senang. Dikirimkannya makanan yang telah diberi racun, sehingga isteri muda itu keguguran. Demikian pula pada kehamilan yang kedua. Pada kehamilannya yang ketiga, isteri muda itu tidak memberi tahu kepada isteri tua. Karena kondisi phisiknya kehamilan itu diketahui juga oleh isteri tua. Berbagai cara dicoba oleh isteri tua itu agar kandungan madunya itu gugur lagi, yang akhirnya menyebabkan isteri muda itu meninggal pada saat persalinan. Sebelum meninggal, wanita malang itu dengan hati yang dipenuhi kebencian bersumpah untuk membalas dendam kepada isteri tua. 

Thursday, April 12, 2012

Kisah Tissa Thera

Tissa adalah putera kakak perempuan dari ayah Pangeran Siddhattha. Ia menjadi bikkhu pada usia yang telah lanjut, dan suatu saat tinggal bersama-sama Sang Buddha. Walau baru beberapa tahun menjalani kebhikkhuannya, ia bertingkah laku seperti bhikkhu senior dan senang mendapat penghormatan serta pelayanan dari bhikkhu-bhikkhu yang berkunjung kepada Sang Buddha. Sebagai bhikkhu yunior, ia tidak melaksanakan semua kewajibannya, di samping itu ia juga sering bertengkar dengan bhikkhu-bhikkhu muda lainnya.

Kisah Mattakundali

Seorang brahmana bernama Adinnapubbaka mempunyai anak tunggal yang amat dicintai dan disayangi bernama Mattakundali. Sayang, Adinnapubbaka adalah seorang kikir dan tidak pernah memberikan sesuatu untuk orang lain. Bahkan perhiasan emas untuk anak tunggalnya dikerjakan sendiri demi menghemat upah yang harus diberikan kepada tukang emas.

Suatu hari, anaknya jatuh sakit, tetapi tidak satu tabib pun diundang untuk mengobati anaknya. Ketika menyadari anaknya telah mendekati ajal, segera ia membawa anaknya keluar rumah dan dibaringkan di beranda, sehingga orang-orang yang berkunjung ke rumahnya tidak mengetahui keadaan itu.

Kisah Cakkhupala Thera

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengujunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati. 

Dhammapada : BAB I YAMAKA VAGGA - Syair Berpasangan

1. (1) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
Kisah »


2. (2) Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.
Kisah »

Wednesday, April 11, 2012

Hati dan Pikiran

Hanya ada satu buku yang patut dibaca: hati.

Sang Guru mengajarkan kita bahwa apapun yang membuat pikiran kita menderita di dalam latihan artinya mengenai sasaran. Kekotoran batin adalah penderitaan. Bukan pikiran yang menderita! Kita tidak tahu apa isi pikiran dan kekotoran batin kita. Terhadap apapun yang kita rasa tidak puas, kita tidak akan mau berurusan lagi dengan hal itu. Sebenarnya jalan hidup kita tidaklah sulit, yang sulit adalah menjadi orang yang tidak puas, tidak bisa menerima. Kekotoran batin adalah kesulitan yang sebenarnya.

Sembilan Hal

Ada sembilan perbuatan yang membuahkan sembilan hal yang diinginkan, disukai, mempesona , dan sukar didapat di dunia ini. Apakah sembilan perbuatan itu ?



1. Bekerja keras membuahkan kekayaan.
2. Perhiasan dan dandanan membuahkan keindahan.
3. Melakukan segala sesuatu dengan teratur membuahkan kesehatan.
4. Bersahabat dengan para bijaksana membuahkan kehidupan suci.
5. Tidak berselisih membuahkan persahabatan.
6. Sering mengulang pelajaran membuahkan pengetahuan yang mendalam.
7. Sering mendengarkan ajaran dan bertanya membuahkan kebijaksanaan.
8. Banyak belajar dan ujian membuahkan kemampuan mengajar.
9. Dan hidup sesuai dengan ajaran agama membuahkan kelahiran kembali yang membahagiakan.(Buddha's way)

Tuesday, April 10, 2012

Tao Te Ching (The Wisdom Of Lao TZu)

Dao De Jing atau disebut juga Kitab Kebijaksanaan Tao menjadi salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Sebuah kitab yang ditulis hampir 2.500 tahun yang lalu oleh Lao Zi, seorang filsuf bijak pertama dan terbesar dalam sejarah Tiongkok kuno, sampai sekarang terus diminati dan menginspirasi banyak orang. Pemikirannya menjadi landasan filosofis bagi Taoisme dan orang-orang yang mencari kebajikan dan makna hidup. Inti dari ajaran Lao Zi ini adalah bagaimana cara menyelaraskan hidup kita dengan cara kerja alam semesta. Berikut adalah beberapa contoh ajaran Lao Zi dalam ebook Dao De Jing ini :

Kedamaian Orang-Orang Bijak (Lie Zi)

Bagi yang suka cerita-cerita tentang kebijaksanaan/pepatah dari negeri china, ebook ini bagus untuk anda sebagai sarana untuk memperbaharui diri. Pepatah Lie Zi (Kedamaian Orang-orang Bijak) ini berisi kumpulan pepatah antara lain tentang kehidupan, kematian, mimpi, dan pengetahuan manusia dari sudut pandang Taoisme yang diturunkan oleh sesosok figur semi-legendaris, Lie Zi. Bersama dengan Lao Zi dan Zhuang Zi, Lie Zi dianggap sebagai orang bijak paling terkenal dalam Taoisme. Dari pepatah-pepatah yang mereka ajarkan, pepatah Lie Zi adalah yang paling mudah dipahami.

Monday, April 9, 2012

Tidak jadi ke Dokter Gigi

Sewaktu masih kecil, ibu saya pernah hendak membawa saya ke dokter gigi. Waktu itu saya menolak. Ibu saya lalu membujuk-bujuk saya. Saya tetap menolak. Akhirnya dengan perasaan penuh khawatir, saya coba pasang aksi dengan menangis, ”Ibu tidak sayang sama saya .... "

Namun aksi ini tidak mempan. Ibu tetap bcrsikeras membawa saya ke dokter gigi. Saya menjadi sangat takut dan khawatir. 

Keburukan juga adalah pelajaran

Tidak ada hal yang mutlak di dunia ini, tidak ada orang yang jahat-sejahatnya, dimana sampai tidak ditemukan setitik kebaikan pun di dalam dirinya, begitu juga sebaliknya dengan orang yang sebaik-baiknya yang tidak ditemukan setetes pun keburukan yang bersemayam di dalam dirinya.

Sebaik-baiknya orang suatu kali pasti berbuat jelek, seburuk-buruknya orang pasti dia berbuat baik, tidak ada yang abadi, tidak ada yang mutlak, tidak ada yang kekal. Jika kita belajar Dharma secara mendalam, pengertian karma itu akan membias, tidak sedangkal seperti pada awal kita belajar. Maksud membias adalah misalnya saat kamu sudah bisa menerima keburukan sebagai pelajaran, berarti sudah tidak ada karma lagi.

IKAN MAS DAN SEEKOR KODOK


Alkisahnya, ada seekor kodok yang baru saja pergi dari berjalan-jalan di daratan. Ketika kembali berenang di kolam, dia bertemu dengan seekor ikan mas yang telah mengenalnya. “Halo Tuan Kodok, Anda dari mana saja?”,

“Oh, saya baru saja datang dari berjalan-jalan di daratan”,jawab Sang Kodok.

“Daratan? Apa itu daratan? Saya belum pernah mendengar ada tempat yang bernama daratan”.

Friday, April 6, 2012

PERTANYAAN SAMURAI

Seorang kesatria samurai ingin tahu apakah ada surga dan neraka. Maka ia datang menemui seorang biksu yang ia hormati dan agumi. Ia berkata, "Biksu yang mulia, saya datang hendak bertanya kepada Anda. Anda pasti bijak dan jujur, jadi  jika Anda tidak tahu jawabannya, mohon Iangsung katakan tidak tahu. Setidaknya, jujurlah. Jangan mengada-ada jawaban, saya bisa tahu ketika orang hanya pura-pura tahu. 

Pertanyaan saya: apakah surga dan neraka itu ada?"

Thursday, April 5, 2012

Surga menurut Buddhis


Saya ingin bertanya beberapa hal dan mudah2an Anda dapat menjawabnya dengan baik. 
1. Siapakah yang berhak masuk surga setelah ia meninggal? Apakah seseorang yang baik tetapi bukan beragama Buddha dapat masuk surga setelah ia meninggal? 
2. Kenapa tubuh kita dibakar pada waktu kita mati? 
3. Kepada siapakah harusnya kita menyembah? Ada berapakah tuhan/dewa itu? 


Jawaban: 

3 KARAKTER SAN JI ZING


Kitab SAN JI ZING ( 三字經 ) ini sudah berumur ratusan tahun, kitab ini merupakan kumpulan dari inti ajaran Budaya Luhur Tionghoa yang mengandung ajaran tentang "Bagaimana sikap yang berbudi luhur".

Buku ini merupakan harta warisan yang tidak ternilai harganya, yang diturunkan oleh nenek moyang kita kepada para anak cucunya. Karena itu selalu digunakan untuk memberikan contoh pelajaran bagi anak cucu kita supaya bisa memahami tingkah-laku yang berbudi luhur itu seperti apa ?

Pada tahun 80 an, PBB mengakui bahwa SAN ZI JING merupakan buku panduan ajar Budi Pekerti tingkat Internasional. Jadi bukan cuma level tingkat Tiongkok saja.

Wednesday, April 4, 2012

Why I Believe Buddha


Buddha tidak pernah menjanjikan hal-hal indah ataupun menjanjikan aku pasti akan ke Surga / Nirwana bila percaya kepadaNya..

Buddha juga tidak pernah berkata” kalau tidak percaya Dia pasti masuk neraka.”

Buddha tidak memberikan dongeng yang mengerikan atau menyenangkan supaya aku percaya dan takut terhadapNYa..

Buddha tidak pernah mengatakan “, Akulah yg menciptakan langit dan bumi ini”

AJARAN TAOISME

Taoisme merupakan aliran falsafah penting di Cina sesudah Konfusianisme. Bentuk ajarannya yang awal dinisbahkan kepada Lao Tze dan Yang Chu. Tetapi sebagai faham falsafah, Taoisme baru dikenal pada abad ke-1 SM. Yang pertama kali menyebut sistem ini sebagai madzab falsafah ialah Ssu-ma Ch`ien dalam bukunya Shih Chi ( Rekaman Sejarah).

Sudah tentu sebelum abad ke-1 SM Taoisme telah berkembang dan dasar-dasar pokok ajarannya telah dirumuskan oleh para pendirinya.

HARTA YANG TIDAK DIPEROLEH DENGAN BENAR

 俗语说:货悖而入者,亦悖而出。这句话告诉大家:每个人无论做什么职业都要有道德。古今中外用不正当的方法 赚得的财富没有一个能永保富贵平安的。朱子曰:君之爱财,取之有道

清朝时有个商油的人名叫方福庭。方福庭人虽然好,可是有一个老毛病就是爱贪小便宜。每次秤油时都是偷斤吃两 。如此日积月累,经过了几年赚了不少钱。本来不太富裕的方福庭竟然能买田地,盖房子。然而好景不常,方福庭 的了一场大病。虽然到处求医问药,可是却一点效果也没有。没多久,他赚来的一些钱,全都买药花光了。有一天 晚上,他梦见灶王爷对他说:别以为恶小就可以为之,积小成大,现在你已犯大的罪过,你知道吗?只要你能痛改 前非,你的病就能好。从此后方福庭不再贪小便宜了,正当的赚钱。

子曰:人非圣贤,孰能无过?既然知道犯了错,就应该勇于改过

Karma Seorang Anak Cacat Mental


Sebuah pelajaran dengan prinsip sebab dan akibat 

Lotus adalah seorang biarawan yang dikenal dalam sejarah Cina. Kisah berikut adalah tentang bagaimana ia menjelaskan makna yang lebih dalam tentang hidup seorang anak cacat mental.

Dengan wajah yang ditandai dengan kesedihan dan kelelahan, seorang ibu datang dengan anaknya yang cacat mental untuk menemui Lotus. Meskipun ibunya menerima anaknya yang cacat seperti itu, tapi dia ingin tahu tentang nasib anak itu sehingga ditakdirkan ke anak itu dan untuk mengetahui mengapa mereka harus menanggung begitu banyak penderitaan. 

Tuesday, April 3, 2012

UCAPAN BUDDHA

Beberapa ucapan Buddha 25 abad yang lalu, menjadi kalimat yang dikenal luas, di antaranya :

”Segala perbuatan baik (tidak baik) didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran dan dihasilkan oleh pikiran. Bila seseorang bicara atau berbuat dengan pikiran suci ( tidak suci ), kebahagiaan ( penderitaan ) pun akan mengikuti, seperti bayang bayang yang tak pernah meninggalkan dirinya ( seperti roda pedati mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya )”

”Kebencian tidak dapat dilenyapkan dengan kebencian, melainkan dengan cinta kasih."

Monday, April 2, 2012

PUNABBHAVA (Kelahiran Kembali)


Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada/eksis lagi atau kelahiran kembali atau tumimbal lahir. Punabbhava atau Kelahiran kembali atau tumimbal lahir merupakan suatu proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.

Pertanyaan Mendasar tentang Karma dan Kelahiran Kembali


Singapura, 10 Agustus, 1988 

Kutipan yang sudah diperbaiki dari Berzin, Alexander dan Chodron, Thubten. 
Glimpse of Reality. 
Singapura: Amitabha Buddhist Centre, 1999.

Pertanyaan: Apakah teori tentang karma didasarkan pada pengalaman dan bersifat ilmiah, atau itu diterima sebagai keyakinan?

Jawaban: Gagasan tentang karma masuk akal dalam banyak cara, tapi ada beberapa kesalahpahaman tentang karma. Sebagian orang berpikir bahwa karma berarti nasib atau takdir. Jika seseorang tertabrak mobil atau kehilangan banyak uang dalam usaha, mereka berkata, “Ya, kesialan, itu karma mereka.” Itu bukanlah gagasan Buddha tentang karma. Sesungguhnya, itu lebih merupakan gagasan tentang kehendak Tuhan―sesuatu yang tidak kita pahami atau kendalikan.

MEMBAYAR DAN MENAGIH HUTANG DIMASA LALU

Dahulu, di daerah Zhiangse, China, ada seorang pedagang yang bernama Zhu Sansi. Pada suatu hari, dia pergi ke sebuah vihara untuk bersembahyang. Dia bertemu dengan 2 orang bhiksu. Lalu dia duduk minum teh dan mengobrol dengan mereka. 

Salah satu bhiksu itu berkata kepadanya, “Saya berhutang 30 juta kepada anda, hari ini sudah seharusnya saya bayar.” Sedangkan bhiksu yang satu lagi berkata, “Engkau berhutang 30 juta kepada saya, seharusnya juga dibayar.”

Sunday, April 1, 2012

Asal Mula Cheng Beng (Sembahyang Kubur)

Diceritakan pada zaman Dinasti Ming ada seorang anak bernama Cu Guan Ciong (Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming) yang berasal dari sebuah keluarga yang sangat miskin. Dalam membesarkan dan mendidik Cu Guan Ciong, orangtuanya meminta bantuan kepada sebuah kuil.

Semakin dewasa, karma Cu Guan Ciong semakin baik. Sehingga ketika dewasa, Beliau menjadi seorang kaisar. Setelah menjadi kaisar, Cu Guan Ciong kembali ke desa untuk menjumpai orangtuanya. Sesampainya di desa ternyata orangtuanya telah meninggal dunia dan tidak diketahui keberadaan makamnya.

Penghormatan pada Leluhur

Ribuan warga Tionghoa khususnya penganut Konghucu mulai memadati pekuburan Tionghoa, vihara, kelenteng, dan tempat-tempat persemayaman, guna melaksanakan ritual Cheng Beng atau upacara menghormati para leluhur yang tahun ini jatuh pada tanggal 4 April 2012.

Bagi masyarakat Tionghua, penghormatan kepada orang tua, baik kepada yang masih hidup maupun kepada yang sudah meninggal, merupakan sebuah kebudayaan sejak jaman dahulu kala.