Saya ingin bertanya beberapa hal dan mudah2an Anda dapat menjawabnya dengan baik.
1. Siapakah yang berhak masuk surga setelah ia meninggal? Apakah seseorang yang baik tetapi bukan beragama Buddha dapat masuk surga setelah ia meninggal?
2. Kenapa tubuh kita dibakar pada waktu kita mati?
3. Kepada siapakah harusnya kita menyembah? Ada berapakah tuhan/dewa itu?
Jawaban:
Sedangkan alam Brahma dan Arupa bukan hanya dicapai dengan melakukan kebajikan, melainkan dengan latihan MEDITASI. Seseorang yang bermeditasi sehingga ia mampu mencapai Rupa Jhana dan Arupa Jhana, maka setelah meninggal dunia, ia akan terlahir di alam Brahma tersebut.
2. Dalam pengertian Buddhis, tubuh manusia terdiri dari angin, api, air dan tanah. Keempat unsur alam ini dapat terlihat jelas ketika mengamati proses seseorang meninggal dunia. Proses meninggal dunia diawali dengan berhentinya pernafasan yaitu padamnya unsur angin. Setelah beberapa lama, jenasah akan dingin karena telah padam unsur apinya. Beberapa jam kemudian, jenasah
akan menjadi bengkak karena unsur air dalam tubuhnya telah padam dan tidak terkendalikan. Apabila dibiarkan dalam waktu yang lama, maka jenasah yang bengkak itu akan perlahan-lahan hancur dagingnya dan meninggalkan seonggok kerangka. Kerangka manusia inipun akan rapuh dimakan usia sehingga hancur menjadi debu. Dengan demikian, unsur tanah pada tubuh manusia itupun
menjadi hancur.
Dengan melihat keempat unsur pembentuk tubuh manusia tersebut, maka penyempurnaan jenasah menurut Agama Buddha juga dapat mempergunakan salah satu dari unsur itu. Pemilihan cara penyempurnaan jenasah ini hendaknya disesuaikan dengan keinginan maupun kebudayaan setempat. Apapun cara yang
dilakukan terhadap jenasah seseorang, dipandang dari pengertian Buddha Dhamma, tidak ada yang dapat dipersalahkan. Jenasah hanyalah merupakan sisa jasmani saja. Ia menjadi 'barang' netral. Baik dan buruk adalah tergantung pada NIAT orang yang memperlakukan jenasah tersebut.
Adapun keempat cara penyempurnaan jenasah itu adalah:
-. Unsur angin banyak dipergunakan pada jaman dahulu dengan meletakkan jenasah di puncak sebuah gunung atau bukit. Jenasah itu ditinggalkan di alam terbuka agar membusuk dan dimakan burung. -. Unsur api dipergunakan dalam upacara kremasi atau pembakaran jenasah yang pada masa sekarang sudah sangat umum dijumpai di masyarakat luas.
-. Unsur air dimanfaatkan apabila ada umat Buddha meninggal dalam perjalanan laut yang mempergunakan kapal. Jenasahnya tidak harus dibawa ke darat terlebih dahulu untuk disempurnakan. Jenasah itu dapat langsung ditenggelamkan di tengah lautan.
-. Unsur tanah adalah dengan menguburkan jenasah itu di pemakaman seperti yang sudah banyak dilakukan masyarakat.
3. Dipandang dari sudut Buddha Dhamma apabila seseorang menginginkan kebahagiaan, maka hendaknya ia menambah kebajikan. Karena disebutkan dalam Hukum Karma bahwa sesuai dengan benih yang ditanam, demikian pula buah yang
akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebahagiaan.
Oleh karena itu, ketika umat Buddha menghormat kepada arca Sang Buddha, ia hendaknya tidak meminta sesuatu apapun kepada arca tersebut. Umat Buddha bukanlah penyembah berhala. Umat pada saat di depan arca Buddha hendaknya merenungkan semua kebajikan yang telah dilakukan Sang Buddha selama hidupNya. Umat kemudian bertekad untuk meniru beberapa kualitas
kebajikan itu. Umat dapat bertekad untuk meniru dalam perilaku sehari-harinya sifat kesabaran, welas asih ataupun semangat yang telah Sang Buddha tunjukkan selama hidupnya. Dengan demikian, arca Buddha ataupun para dewa dalam pandangan Buddhis adalah merupakan sarana untuk perenungan dan perbaikan diri, bukan sarana untuk meminta-minta.
Adapun konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan pengertian yang telah banyak beredar dalam masyarakat. Untuk itu, silahkan dibaca terlebih dahulu KONSEP KETUHANAN DALAM AGAMA BUDDHA, yang terdapat pada Samaggi Phala, Naskah Dhamma.
Sedangkan istilah 'Dewa' atau 'Dewi' adalah menunjuk para penghuni surga.
Seperti yang telah diuraikan dalam jawaban pertama bahwa ada enam alam surga yang dihuni oleh para dewa dan dewi tersebut. Juga ada alam Brahma yang lebih tinggi kedudukannya daripada alam surga. Dengan demikian, jumlah pada dewa dan dewi ini tidak terhitung banyaknya. Namun, seorang umat Buddha
tidak menjadikan para dewa atau dewi itu sebagai tempat meminta, melainkan sebagai teladan. Para dewa dan dewi itu dapat menjadi penghuni surga adalah karena kebajikan yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia, dengan demikian umat Buddha hendaknya meniru berbagai kualitas kebajikan itu dalam
kehidupan sehari-harinya. Kualitas kebajikan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kerelaan, kemoralan serta konsentrasi.
Semoga pengertian ini dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan.
Oh ya mau nanya nich, kalau Muhammad dari Arab, yesus dari yahudi israel, kalau budha dari negara mana?
ReplyDeleteKlo saya tidak salah dr Nepal di India pak..
Deletesaya bukan penganut buddha. saya tidak percaya dengan imajinasi surga yang menawarkan kemewahan,kenikmatan,wanita cantik,dst. menurut saya esensi dari kebahagiaan tertinggi justru ketika semua keinginan musnah. bukan ketika semua keinginan terpenuhi. karena keinginan tidak ada batasnya. kalau ada tuhan yang sanggup memenuhi semua keinginan penghuni surga, apa dia juga sanggup jika ada yang ingin menggantikannya? atau ingin kesaktian setara dengan nya. saya membayangkan surga seperti ini. jika sudah meninggal, roh yang banyak amalnya akan melebur pada sesuatu yang besar. proses ini tidak bisa dijangkau pikiran manusia, atau di umpamakan dngan apapun. tapi roh disana sudah tidak punya keinginan apapun. itulah kebahagiaan surga sejati. bagaimana menurut pandangan buddhis terhadap pemahaman saya tersebut? mohon pencerahan.
ReplyDeleteJika Anda bertanya pada Islam. Coba dengar ajaran para ulama.yg sy tau tentang sifat Tuhan itu ada yg bersifat wajib dan mustahil. Salah satu sifat yg mustahil adalah menciptakan Tuhan lain yg sama dengan dirinya. Sebab jika dia menciptakan Tuhan yg lain maka Tuhan baru itu akan disebut makhluk (hasil ciptaan) bukan Tuhan yg tanpa awal dan tanpa akhir.
Delete@naga jawa : itu yang namany masuk nirwana,atau padamny nafsu keinginan/lepas dari keterikatan,dan itu bisa dicapai di kehidupan saat ini juga jika anda niat dan melakukan ajaran buddha
ReplyDelete@naga jawa : itu yang namany masuk nirwana,atau padamny nafsu keinginan/lepas dari keterikatan,dan itu bisa dicapai di kehidupan saat ini juga jika anda niat dan melakukan ajaran buddha
ReplyDelete@naga jawa : itu yang namany masuk nirwana,atau padamny nafsu keinginan/lepas dari keterikatan,dan itu bisa dicapai di kehidupan saat ini juga jika anda niat dan melakukan ajaran buddha
ReplyDeleteInilah yang saya suka dari ajaran budha, tidak membeda bedakan ajaran agama lain. Karena untuk menjauhi perbuatan keji dan munkar tak ada hubungannya dengan nama agama.kebutuhan spiritual manusia itu sama. Karena sang Pencipta nya juga sama.
ReplyDeleteInilah yang saya suka dari ajaran budha, tidak membeda bedakan ajaran agama lain. Karena untuk menjauhi perbuatan keji dan munkar tak ada hubungannya dengan nama agama.kebutuhan spiritual manusia itu sama. Karena sang Pencipta nya juga sama.
ReplyDeleteHanya beda istilah essensi sama cth allah =god=kamisama =yahweh dsb .manusia ,malaikat jin setan iblis tumbuhan semua dicipta oleh allah/god/tsb diatas .spy selama di bumi ini digunakan ajang kebajikan /amal soleh ...kembali pd dzat awalnya
ReplyDeleteHanya beda istilah essensi sama cth allah =god=kamisama =yahweh dsb .manusia ,malaikat jin setan iblis tumbuhan semua dicipta oleh allah/god/tsb diatas .spy selama di bumi ini digunakan ajang kebajikan /amal soleh ...kembali pd dzat awalnya
ReplyDelete