Cintailah Mama kita sebagai mana kita mencitai diri kita sendiri.
"Shi Sang Chi You Mama Hau"
Alkisah,
ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari
keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut.
Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba
kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah
yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar
nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke
rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak
menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar
belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka
bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria
berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan
keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita
merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak
ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan
orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum
pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang
anak sangat tunduk pada orang tuanya).
Sebulan telah berlalu,
sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon
istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak
satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan
sangat merugikan masa depannya.
Sang pria akhirnya menetapkan
pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi
sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya
rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya
tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh
para bawahan di rumahnya yang besar.
Sebagai gantinya, kedua
orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb
untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah
dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita,
agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.
Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
perkawinan
mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi
anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi.
Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.
Mereka
bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar
wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan
menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai
hidupnya di tempat lain.
Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam
hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh,
akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju
untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia
mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan
hidupnya ke depan akan sangat sulit?.
Ibu sang pria kembali
memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada
mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu
sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau
meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu,
bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini
adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.
Dengan berat
hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah
memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa
keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah
melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama
dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia
tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.
Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.
Sang
wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak
antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu,
sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.
==========0000000000==============
Tiga
tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang
ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam,
untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di
sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua
pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya.
Walaupun
ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi
sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya...
Di usia
tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat
tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus
menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah
menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini,
dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini,
kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.
Saat
diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan,
untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2
herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya
mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi
untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena
ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.
Ketika
di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa,untuk
mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya,
untuk bayar di akhir bulan saat gajian.
Diantara tangisannya, ia
tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah
pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan
alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar
tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya
dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang
mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara
kesakitan yang teramat sangat?..
Hujan lebatpun turun. Lebatnya
hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para
tetangga, terutama oleh anaknya sendiri.
Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang
sedang dilakukan oleh sang ibu ............ .
==========0000000000==============
Enam
tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan,
cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari
minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama,
dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau"
(terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik").
Sang
anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga
toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari.
Hari2
mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam
hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan
biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.
Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini.
Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah
pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak
terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak
keperluan lain yang perlu dibiayai.
Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia
meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena
ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?"
tanya sang pemilik toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata
sang anak dengan serius.
Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan
tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2.
Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu
mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?". "Saya tidak mencuri, kakek.
Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang
dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk
beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan
beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang
pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
segera
memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb.
Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan
ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana
uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.
"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut.
Setelah
ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya
telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri.
Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.
Lalu
ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada
anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis,
sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih,
karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya,
demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar keluar.
Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah
mengetahui kejadiannya. "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu
tetangganya.
Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.
Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika
mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk
menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko,
memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.
"Nak,
ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh
menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek
itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul
di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb,
dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di
tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya.
Ia juga
menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke
rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan
uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.
Tampak sang kakek
meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan
tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya
menangis dengan tersedu-sedu."Maafkan saya, Nak."
"Tidak Bu, saya yang bersalah".............. ..
===========000=================
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya
mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini,
karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.
Ketika
sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka
bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa
sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak
mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup
mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa
bantuanmu.
Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.
===========000==================
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.
Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya.
Sang
ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang
tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang
ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.
Maka
di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota,
bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan
lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak,
sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan
bersama sang anak.
Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya
pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena
ia hanya ingin dengan ibu.
"Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata
ibu.
"Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa
bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang
untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja
lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung kerumah
sang ayah keesokan hariya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.
Disana
ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang
melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak
meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan
kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya,
sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu",
teriak
sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang
ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini.
Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau
mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang
saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis.
Bujukan
demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan
anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku,
bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan
mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini",
ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya
meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.
Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
menyayat
hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan
menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan
baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi.
Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.
Kemudian
ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya.
Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan
diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa
anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu
dibatalkan, demi anaknya juga.......... ..
============000=========
Setahun
berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang
lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani
perawatan medis secara rutin setiap bulan.
Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya.
Uang
pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak
pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal
ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan
setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan
ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang
sangat
bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.
Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
rumahnya.
Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong.
Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana
ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan
rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi."
Sementara
itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat
pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan
semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapitidak ada kabar.
Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut.
Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.
Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari
ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya.
Anaknya
mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil
menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun,
setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang
ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya
dalam surat itu.
Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa
mendapatkan
petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar
dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon
agar bisa menemukan anaknya.
Seperti mendapat petunjuk, sang ibu
tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di
desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan
pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im
pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik.
Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.
Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan,
demamnya
tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke
rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga,
dan berguling2 jatuh ke bawah.......... ..
============000==============
Sepuluh
tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia
sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya.
Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak
telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil.
Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan
teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di
persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak
berkomat-kamit.
Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan
mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu.
Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta
sedekah, ia berucap dengan lemah "Dimanakah anakku? Apakah kalian
melihat anakku?" Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa
disadari, ia segera menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan
suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya
dengan suara lemah.
Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera
mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil,
sang anak segera memelukpengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu?
Ini saya ibu".
Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu
bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?".
Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi ............... .
Karena
jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang
ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari
anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang
menganggapnya sebagai orang gila.
====================000===========================
_Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:_
Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya..
Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :
1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
Diantara
orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda,
diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan
nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun
...........
Tidak diragukan lagi "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"
++++++++++++++++++++++
Ingin
bergabung dalam sebuah MISI MULIA ? Ada sebuah tindakan yang dapat Anda
lakukan, bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini),
ajaklah
ia untuk keluar makan atau jalan2 MALAM INI JUGA. Jangan ditunda2. Bila
Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh dengan Anda, telponlah
dia malam ini juga, just to say "hello". Catatlah hari ulang tahunnya,
rayakan, dan bahagiakanlah dia semampu Anda. Hidangkan makanan
favoritnya, dst.
Post a Comment