“Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih & engkau pulalah yang akan merasakan buah dari padanya”. Samyutta Nikaya I: 227.
Dengan pandangan mata yang nanar, serta diiringi deraian air mata yang rintik-rintik, si Ani (bukan nama sesungguhnya) menyesali & menolak ketinggalan kelas yang di alami. Di dalam pikirannya selalu timbul pertanyaan mengapa si A, B & C yang menurut pandangannya jauh lebih bodoh alias idiot, bias lulus dengan angka yang menyakinkan, sedangkan dia, tidak! Padahal di caturwulan III saja agak ambruk. Di manakah keadilan itu ? Mengapa dia yang harus tinggal kelas sedangkan orang lain tidak ? Inikah yang namanya kesialan ? Rasanya hidup itu jadi hambar & tiada artinya sama sekali.
Di sisi lain, terlihat pula si Badu (juga bukan nama yang sebenarnya) dengan rona wajah yang frustasi membanting-banting semua benda yang ada di sekitarnya. Si Badu menyesali atas ketidakadilan yang sedang berlaku terhadap dirinya. Mengapa orang lain saja selalu sukses di dalam karir sedangkan dia malahan hancur-hancuran ? Di sisi selanjutnya orang lain memiliki kepintaran, kesehatan yang memadai, kekayaan yang berlimpah ruah & ketenaran sedangkan dirinya selalu apes, untuk cari kerja saja, susahnya minta ampun. Mengapa jalur kehidupannya tidak semulus & selancar orang lain ? Mengapa, mengapa dan mengapa ?
Lain pula halnya dengan si Ani & Badu, si Nanda (nama bukan sebenarnya) pun dengan pandangan mata yang kosong menatapi ruangan yang berukuran empat kali lima meter persegi, yang seba putih sambil terbaring dengan pasrah.
Telah lebih lima tahun lamanya si Nanda terbaring di ruangan ini akibat dari kecelakaan lalu lintas. Semua tubuhnya dinyatakan lumpuh & kemungkinan untuk sembuh adalah nol koma nol persen. Sudah tak terhitung lagi jumlah tetesan air mata yang mengalir di pipinya yang cekung karena kesepian & rindu akan rumah serta sahabat-sahabatnya. Baginya kematian akan jauh lebih baik daripada menahan beban derita yang tak kunjung habis. Dan yang paling dia sesalkan adalah mengapa dirinya tidak diperlakukan secara adil atau harus mengalami cobaan yang demikian tiga contoh kejadian yang sering dijumpai di tengah-tengah masyarakat.
Banyak yang menyatakan bahwa semuanya itu terjadi karena sudah suratan takdir atau istilah awamnya adalah nasib yang harus dijalani. Dan adakalanya juga menyatakan, itu adalah karma. Apakah sama halnya antar karma & nasib… Pandangan umum menyatakan bahwa yang namanya nasib adalah segala kondisi yang terjadi, apakah yang menyenangkan atau menyengsarakan, mutlak harus diterima serta tidak akan berubah selama-lamanya.
Tapi sesuai dengan konsep Buddhis yang namanya karma adalah segala sesuatu yang terjadi pada setiap makhluk hidup yang tidak akan terlepas dari pada hasil dari perbuatan itu sendiri, di masa sebelumnya.
Dalam hal ini ditegaskan bahwa karma yang di miliki seseorang, tidaklah permanen keberadaannya. Si A yang hari ini memiliki karma baik misalnya terlahir di keluarga yang berada, gagah, pintar serta di kagumi oleh semua orang, kondisi ini akan berubah atau tidak, sangatlah tergantung akan perbuatan baik/jahat yang diperbuat pada saat itu.
keren keren artikel disini
ReplyDelete